Selasa, 26 Agustus 2008

Sampah Pengganti Minyak Tanah



Sampah organik yang mencemari lingkungan ternyata dapat diolah menjadi briket sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Cara mengolahnya mudah, penggunaannya lebih hemat.

Purwanti tak pernah tampak pada barisan para ibu yang mengantre minyak tanah. Sepuluh bulan terakhir warga Sidomulyo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, itu memang meninggalkan minyak tanah. Ia memanfaatkan briket sampah sebagai bahan bakar. Briket berwarna hitam sepanjang 6 cm itu ia masukkan ke dalam kompor. Begitu Suwarni menyalakannya, lidah api biru membakar wajan atau ketel.
Sekilo briket terdiri atas 30 buah cukup untuk memasak selama 2 jam. Jika durasi memasak kurang dari sejam—misalnya 30 menit—ia tinggal mematikan nyala api dengan cara menutup permukaan atas briket. Biobriket itu dapat dinyalakan ulang ketika Purwanti hendak memasak lagi. Perempuan kelahiran 1976 itu membeli sekilo briket Rp2.500. “Saat ini susah sekali mendapat minyak tanah. Saya mencari hingga 50 kilometer dari sini, tapi tak ada. Kalau pun ada harganya mahal,” katanya.
Bandingkan dengan seliter minyak tanah yang juga digunakan selama 2 jam memasak. Saat ini harga minyak tanah Rp5.000 per liter. Artinya, Suwarni menghemat Rp2.500 per 2 jam memasak. Briket yang digunakan Purwanti itu oleh Basriyanta, sang produsen, disebut biobriket. Ada pula yang menyebutnya briket bioarang, briket biomassa, dan briket sampah. Basriyanta memproduksi biobriket sejak 2007. Menurut Basriyanta penggunaan kayu bakar sebagai sumber energi untuk keperluan sehari-hari bakal mengeksploitasi dan merusak hutan.

Mandiri
Untuk mencegah rusaknya lingkungan akibat pemakaian kayu bakar, Basriyanta menawarkan biobriket. “Biobriket teknologi alternatif atau tepatguna pengganti kayu bakar yang lebih murah dan efektif,” kata alumnus Magister Sistem Teknik Universitas Gadjah Mada itu. Selain itu peningkatan konsumsi minyak bumi mengakibatkan menipisnya cadangan sumber energi yang tak terbarukan. Pemanfaatan biobriket sekaligus menahan laju konsumsi energi fosil.
Dalam jangka panjang, penggunaan biobriket yang ramah lingkungan menjadi pengganti bahan bakar minyak bumi. Menurut Basriyanta biomassa limbah industri, hutan, perkebunan, pertanian, dan sampah—semua bahan baku biobriket—merupakan sumber energi alternatif terbesar. Potensi energi biomassa mencapai 885-juta gigajoule per tahun. “Sampah organik salah satu sumber biomassa potensial dalam bentuk padat atau biobriket, gas (biogas), dan bentuk cair (bioliquid) sebagai bahan bakar organik ramah lingkungan,” ujarnya.

Kalori Bahan Bakar

No
Bahan Bakar
Nilai Kalori (kal/g)
1
Minyak bumi mentah
10.081,22
2
Bahan bakar minyak
10.224,56
3
Gas alam
9.755, 89
4
Biobriket
7.047,30
5
Batubara
6.999,52
6
Batubara muda
1.877,24
7
Kayu kering
4.491,16






Sayang selama ini sampah cuma dibuang atau dibakar sehingga mencemari lingkungan. Padahal, jika diolah menjadi biobriket sampah-sampah itu bermanfaat sebagai bahan bakar rumah tangga pengganti minyak tanah. “Kita bisa mandiri tidak tergantung pada minyak tanah. Kelangkaan dan kemahalan minyak tanah tidak jadi masalah,” kata Basriyanta. Selain itu harga beli biobriket relatif murah sehingga terjangkau kalangan bawah.
Menurut Nisandi, alumnus Magister Sistem Teknik Universitas Gadjah Mada, murahnya biobriket karena untuk memperoleh bahan tanpa eksplorasi ke perut bumi. Bahan baku biobriket diperoleh di halaman rumah. Beragam jenis sampah organik kering seperti dedaunan, tongkol jagung, kulit kacang, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku. “Selain masalah energi, masalah sampah juga tertanggulangi dengan adanya briket sampah,” kata Nisandi.

Pati singkong
Untuk membuat biobriket relatif sederhana. Basriyanta memasukkan bahan baku berupa sampah organik kering ke dalam drum. Menurut Ketua Lembaga Sentra Inovasi Energi itu, sampah terbaik adalah bonggol jagung. Setelah biji-biji jagung dipipil, tersisa tongkol. Daun pohon berkayu keras juga lebih baik ketimbang daun berkayu lunak. Bahan baku biobriket itu lalu dimasukkan ke dalam drum hingga sepertiga drum. Ia lantas membakarnya dengan udara terbatas dalam drum.
Dalam proses pembakaran itu terjadi proses pirolisis atau karbonisasi. Pirolisis yaitu proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen sehingga material mentah mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas sehingga menimbulkan karbon sebagai residu. Pembatasan udara supaya sampah tidak mengalami pembakaran sempurna yang menghasilkan karbondioksida. Hasilnya berupa arang sebagai bahan briket.

Bila dibakar dengan udara tak terbatas, sampah hanya menghasilkan abu. Untuk pembakaran sampah, Basriyanta tidak menggunakan input energi lain seperti minyak tanah sehingga biaya produksi rendah. Caranya dengan sistem pembakaran sendiri. Maksudnya, ia menyulut sebagian sampah kering dengan api. Setelah itu api menjalar dan membakar sampah lainnya hingga menjadi arang. Langkah berikutnya, ia menghancurkan arang dengana cara menumbuk dan mengayaknya.
Karbon hasil ayakan itu ia campur dengan perekat agar padat. “Pemadatan dilakukan agar bahan bakar mempunyai nilai kalori yang tinggi, sampai 5.000 kal/g,” ujar Nisandi. Basriyanta memanfaatkan tepung kanji alias tapioka sebagai bahan perekat. Bahan lain sebagai perekat adalah blotong atau limbah produksi gula. Sekilo tapioka diencerkan dalam 10 kg air hangat dan diaduk merata hingga menjadi lem.
Campuran antara arang karbon dan lem itu dimasukkan ke pencetak berupa pipa PVC sepanjang 10 cm dan berdiameter 1 inci. Ia kemudian mengepres campuran itu hingga padat sepanjang 6 cm. Hasil cetakan lantas dijemur hingga kering selama 2 hari. Basriyanta juga mengoven biobriket basah itu selama 2 jam. Sumber panas dalam oven itu adalah panas pembakaran sampah. Proses pembuatan biobriket sejak pembakaran daun-daun hingga pemadatan mencapai 2 jam; jika menggunakan tongkol jagung, 4 jam.
Spesifikasi Biobriket

Sifat
Biobriket Produksi

Amerika Serikat
Indonesia
Inggris
Jepang
Kadar air (%)
6
7,57
3—4
6—8
Kadar abu (%)
18
16,14
8—10
3—6
Kadar karbon terikat (%)
62
78,35
75,3
60—80
Kerapatan (g/cm3)
1
0,4407
0,48
1—1,2
Nilai kalori (kal/g)
6.230
5.000
7.289
6.000—7.000
Zat terbang (%)
19
5,51
16
15—20

Sumber: Badan Penelitian & Pengembangan Hutan


Bikin Biobriket
1.Masukkan sampah organik kering ke dalam drum kira-kira sepertiga bagian.
2.Bakar sampah kering. Jika sudah menyala, tambahkan sampah kering hingga tersisa ruang minimal 20% di atas sampah. Kemudian tutup drum.
3.Sampah berubah menjadi karbon. Hancurkan karbon itu dengan antan hingga halus.
4.Ayak hasil tumbukan arang karbon.
5.Siapkan perekat berupa tepung tapioka yang dilarutkan dalam air hangat dengan perbandingan 1: 10. Aduk rata bahan perekat itu.
6.Campurkan arang karbon yang sudah teranyak dan perekat, aduk rata.
7.Masukkan campuran itu ke dalam pipa polivinilchlorida (PVC) sepanjang 10 cm dan berdiameter 1 inci.
8.Tekan campuran itu agar memadat dan panjang biobriket hanya 6 cm. Untuk menghasilkan 1 kg biobriket memerlukan 4 kg sampah kering.
9.Jemur biobriket di bawah terik matahari.
10.Biobriket siap digunakan.

Isroi SSi MSi dan Dr Siswanto DEA, peneliti Lembaga Riset Perkebunan Indonesia juga memproduksi biobriket berbahan tandan kosong kelapa sawit. Setiap pengolahan 1 ton tandan buah segar menyisakan 22—23% atau sebanyak 220—230 kg tandan kosong. Bila sebuah pabrik berkapasitas 100 ton per jam dengan waktu operasi selama jam, maka akan dihasilkan sebanyak 2.200 kg tandan kosong.


Jumlah limbah tandan kosong di seluruh Indonesia pada 2004 mencapai 18,2-juta ton. Ini potensi energi yang besar dan bisa dibuat salah satunya menjadi briket arang. Selain tandan kosong, tempurung buah kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai briket. Teknologi pembuatan briket tandan dan tempurung kelapa sawit sama saja dengan cara di atas. Permukaan briket limbah kelapa sawit halus dan tidak menimbulkan jelaga.
Pengolahan sampah organik menjadi biobriket relatif mudah, cepat, dan murah. Penggunaannya pun praktis. Dengan segala kelebihan itu mestinya sampah-sampah yang selama ini menjadi masalah di kota-kota besar segera tertanggulangi. Jakarta, misalnya, menghasilkan 20.000 ton sampah sehari. Jika separuhnya adalah sampah organik, Jakarta dapat memproduksi 2.500 ton biobriket per hari.

2 komentar:

uwan_mnl mengatakan...

terima kasih atas informasinya..

saya ingin mengetahui tentang pembuatan bioarang dari kotoran sapi..berapa nilai kalorinya, apakah lebih tinggi dari sampah organik??

-thx-

RIVALDI mengatakan...

cara membakar briketnya gimana???

mohon jawabannya, terima kasih.