Jumat, 29 Agustus 2008

Serat Surga Kaya Manfaat

Di Indonesia, kapuk randu kondang untuk kasur dan bantal. Di Afrika, anggota keluarga Malvaceae itu justru dipakai untuk mengobati aneka macam penyakit: diabetes, antikolesterol, dan penyimpangan anemia sebagai akibat mutasi sel.

Di Afrika, anak-anak hidup di bawah baying-bayang penyakit Drepanocytosis. Tercatat 80% penderitanya ialah anak-anak balita. Penyakit anemia akibat mutasi sel mewabah di sana karena sebanyak 20—25% orang Afrika memiliki gen penyakit keturunan itu.
Kandungan asam amino pada si penderita bermutasi menjadi valin, asam amino non-polar. Akibatnya, kemampuan hemoglobin mengikat oksigen menjadi hilang. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh T. Mpiana dari Departemen Kimia, Universie de Kinshasa, Kongo membuktikan gerusan daun kapuk randu dapat menanggulangi serangan penyakit aneh itu.

Antidiabetes
Tak hanya daun yang berkhasiat sebagai obat. Ada penelitian lain yang dilakukan oleh Olusola Ladeji dari Department of Biochemistry, Faculty of Medical Sciences, University of Jos, Nigeria, batang kapuk randu diekstrak menjadi antidiabetes. Uji cobanya dilakukan terhadap 54 tikus yang diinduksi 70 mg/kg streptozotocin sehingga mengidap diabetes. Ekstrak kapuk randu diperoleh dengan mendidihkan 100 gram batang kapuk kering angin bersama 200 ml air selama 20 menit. Hasil saringannya disentrifugasi berkecepatan 4.000 rpm selama 10 menit.
Kemudian tikus yang dibagi menjadi 16 kelompok itu, 3 kelompok diinjeksi air. Tiga kelompok tidak diinduksi diabetes, tetapi diberikan ekstrak batang sebanyak 250 mg/kg bobot tubuh setiap 3 hari. Sembilan grup lain yang dinjeksi zat pemicu diabetes dan masing-masing 3 grup menerima asupan 400, 800, dan 1500 mg/kg bobot tubuh ekstrak batang kapuk randu per hari. Percobaan dilakukan selama 28 hari.
Hasilnya, tikus diinjeksi pemicu diabetes tanpa perlakuan apa pun mati pada hari ke-3. Sedangkan yang diberikan ekstrak batang kapuk terjadi penurunan antara 25—30% pada hari ke-14. Sedangkan pada hari ke-28, penurunan jumlah glukosa dalam darah mencapai 30—40%. Penelitian terhadap hati tak menunjukkan efek toksisitas. Menurut Olusola senyawa antidiabetes paling berpengaruh adalah karoten. Antioksidan itu menghambat radikal bebas yang menghancurkan sel pada pankreas, sehingga organ itu tetap menghasilkan insulin lebih banyak dan mengatur konsentrasi plasma gula dalam darah.
Penelitian lain dilakukan Atta-Ur-Rahman dari Research Institute of Chemistry, University of Karachi, Pakistan. Hasil penelitian melalui teknik spectroskopik, batang kapuk randu mengandung empat isoflavon; pentandrin (1), pentandrin glukosida (2), β-sitosterol dan 3-O-β--glucopyranoside. Isoflavon merupakan komponen organik berbentuk biomolekul yang berhubungan dengan flavonoid sebagai antikanker dan antikolesterol. Fungsi lain, pengatur hormon estrogen, penyeimbang kondisi badan dan suasana hati.

Minyak randu
“Hampir semua bagian kapuk randu berfaedah,” kata Dr Ir Mochammad Said MS, peneliti Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang, Jawa Timur. Batang, kulit kapuk, biji kapuk, bungkil biji, dan bunga kapuk memiliki faedah yang berbeda. Sayang, pemanfaatan saat ini hanya terpaku pada isi yang digunakan untuk pengisi bantal.
Persentase bobot biji kapuk sekitar 25% dapat diolah menjadi minyak dan bahan baku sabun maupun minyak makan. “Minyak kapuk berwarna kuning, tidak berbau dan rasanya tawar,” kata Kwik Bie Houw, eksportir minyak randu di Semarang, Jawa Tengah. Kandungan asam lemaknya sama dengan minyak biji kapas. Penelitian yang dilakukan T. N. B. Kaimal dan Gollamudi Lakshminarayana dari Regional Research Laboratory, India menemukan kapuk randu kaya asam palmitat, asam oleat, asam linolenat, asam linoleat, asam stearat, asam arakhnidat, asam malvalat, dan asam sterculat.
Jenis asam-asam yang disebutkan terakhir hanya terdapat pada biji kapuk randu. “Itu sebabnya, biji randu diolah menjadi minyak yang rendah kolesterol,” ujar M. Said, doktor agronomi, Universitas Padjadjaran itu. Asam lemak linolenat merupakan lemak esensial, kaya akan omega 6. Jika kekurangan senyawa itu menyebabkan rambut kering, kehilangan rambut, dan sulit memperbaiki luka. Sedangkan asam lemak palmitat merupakan antioksidan sekaligus vitamin A berfungsi menjaga tubuh dari penyakit akibat serangan radikal bebas seperti penyumbatan aliran pembuluh darah (arteriosklerosis) dan jantung koroner.
Bungkil hasil pengepresan juga digunakan sebagai pupuk lantaran mengandung 4—5% nitrogen, dan 2% asam fosfat. Selain itu bungkil juga mengandung 13% air, 6% abu, 20% serat kasar, 29% protein, dan 20% karbohidrat sehingga dapat digunakan untuk pakan ternak walaupun tidak mudah dicerna.

Soda kue
Selain biji, kulit buah randu juga belum termanfaatkan secara maksimal. Padahal, jika diolah bisa dimanfaatkan untuk soda kue yang digunakan dalam pembuatan mi. Caranya kulit kapuk diabukan dengan cara membakar. Volumenya tergantung ruang pembakaran. Lantas abu secara bertahap diangkut ke bak perendaman dan penirisan. Bak bagian bawah diisi dengan batu kerikil, di atasnya secara berlapis diberi ijuk, bambu. Abu ditumpahkan ke bak setebal 5 cm. Setelah diisi abu, lantas dimasukkan air hingga abu terendam. Pada bagian dasar bak dipasang kran untuk mengeluarkan larutan abu yang telah melalui saringan.
Larutan abu dikumpulkan pada bak penampungan dan direbus kembali hingga mengental dan berbentuk pasta. Pasta itu dipindahkan ke tempat penggorengan dan disangrai sehingga terbentuk tepung soda atau soda kue. Soda kue itulah yang dipakai pada produksi mi dan kue.
Selain soda kue, abu kulit kapuk mengandung kalium hidroksida sebanyak 23,6%. Tingginya kadar kalium itu menyebabkan abu kulit kapuk dapat dimanfaatkan untuk pupuk. Lain dengan hasil penelitian A. Ramesh dari Department of Chemical Engineering, National Taiwan University, Taiwan seperti dilansir Journal of Hazardous Material. Abu asal kulit Ceiba pentandra digunakan sebagai penyerap larutan logam berbahaya cadmium dan tembaga pada air sungai akibat pencemaran limbah pabrik baterai. Caranya kulit kapuk randu dibakar selama 2 jam pada suhu 200oC. Kemudian abu yang terbentuk disaring dengan ukuran 100 mesh. Hasilnya setiap 1 gram karbon aktif hasil pembakaran kulit itu mampu mengikat logam berat hingga 100 ml atau 160 mg/liter dalam waktu 40 menit.
Sedangkan penelitian K. Seshaiah dari Environmental and Analytical Chemistry Division, Department of Chemistry, Sri Venkateswara University, India mendapatkan bahwa karbon aktif asal kapuk randu juga berfungsi untuk menghilangkan larutan timbal dan seng. Pada pH 6 penghilangan timbal mencapai 99,5% dan seng sebanyak 99,1% setelah 20 menit pemberian arang aktif kulit randu.
Sementara bunga kapuk bermanfaat untuk lebah madu. Menurut Junus M peneliti dari Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, dalam 1 hektar kapuk yang ditanam secara monokultur diperoleh madu sebanyak 300 kg/ha/tahun. Bunga kapuk merupakan pakan utama bagi lebah di areal kapuk.
Untuk memperpanjang penyediaan pakan lebah, pada areal tanaman kapuk harus ditanam 2 tipe kapuk: tipe karibia yang berbunga pada Mei—Juli dan tipe indika yang berbunga pada Juli—September (baca: Tiga Varietas Randu hal …) . Selanjutnya pada masa paceklik bunga pada Oktober—April dilakukan penanaman jagung atau tanaman lain sehingga pakan lebah berupa bunga tetap tersedia.

Selasa, 26 Agustus 2008

Bahan Bakar dari Sampah



Rumah seluas 100 m2 di Kelapadua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, itu terang benderang di malam kelam. Enam buah lampu 25 watt dan TV 21 inci, tetap menyala seperti biasanya. Padahal, lingkungan sekitar gelap gulita akibat pemadaman listrik. Rahasianya? “Saya mengolah kotoran sapi menjadi listrik,” kata Wiyanto, sang pemilik rumah. Itu sebabnya, aliran listrik rumahnya tak terputus.
Selain menghasilkan energi listrik, kotoran sapi itu sumber gas untuk kompor. “Sehari-hari juga digunakan untuk memasak minimal enam jam,” kata pria kelahiran 53 tahun silam. Biasanya Wiyanto menghabiskan 2 liter minyak setiap hari. Dengan begitu, ia menghemat biaya minimal Rp15.000/hari. Sebab, harga minyak tanah di sekitar rumahnya Rp7.500/liter lantaran langka. Kotoran sapi diperolehnya dari sapi perah milik sendiri yang berada di halaman rumah. Jumlah sapinya 9 ekor, 4 ekor berumur 15 tahun, sisanya anakan umur 4 tahun.
Untuk menghasilkan listrik dan gas dari kotoran sapi cukup mudah. Ayah dua anak itu hanya butuh tangki penampung kotoran, bak penampung kotoran berlebih, genset, katup penghasil pengatur aliran listrik, dan kompor gas. Setiap pagi dan sore kandang dibersihkan dengan air. Air itu kemudian dialirkan ke tangki penampungan kotoran yang berjarak 2 m dari depan kandang. Penampung itu terbuat dari plastik polietilen berukuran 5 m3 setara 5.000 liter. Penampung itu dibenamkan ke dalam tanah agar suhunya tetap stabil. Kotoran sapi didiamkan selama 1 minggu sehingga terjadi proses fermentasi dengan bantuan bakteri anaerob.
Gas metan
Selama fermentasi terjadi beberapa tahap penguraian bahan organik. Tahap awal dimulai dengan hidrolisis. Pada fase itu molekul komplek pada kotoran sapi diurai menjadi bentuk lebih sederhana. Pendederan bahan organik itu diakhiri dengan proses metagenesis yang menghasilkan gas berupa metan. Hasil sampingan berupa karbondioksida, air, dan sejumlah senyawa gas lain. Menurut Andreas Wiji, pengusaha biogas di Cikole, Bandung, dalam satu kali proses biogas alam diperoleh 55―56% gas metan, 30―35% CO2, dan 2% O2.
“Gas metan yang dihasilkan merambat ke lapisan atas tangki penampung,” kata Wiyanto. Tingginya hanya 0,5 m, tepat di bagian atas penampung. Oleh karena itu, pengisian kotoran tak boleh penuh. Di bagian atas tangki terdapat terowongan penyalur kotoran ke bak penampungan. Bak penampungan itu terbuat dari semen berukuran 2 m x 1 m x 1 m.
Biogas yang dihasilkan dialirkan ke genset melalui pipa ke katup yang berfungsi mengatur pemasukan biogas. Mesin genset akan bergerak jika minimal terdapat gas metan sebanyak 0,64―1 m3. Gas itulah yang diubah menjadi listrik dan juga energi panas untuk bahan bakar kompor. Hasil riset Balai Penelitian Pengembangan Teknologi Sapi Perah, Bandung, 2 sapi yang menghasilkan 45,5 kg kotoran memproduksi energi listrik untuk 4 lampu berkekuatan 75 watt selama 6 jam. Jika hanya digunakan untuk memasak, 2 sapi yang menghasilkan 1.800 liter gas metan, cukup untuk memasak bagi 5 anggota keluarga. Kelebihan bahan bakar biogas untuk memasak ialah menghasilkan nyala biru dan panas yang sama dengan LPG, tidak beracun, tidak berbau, serta tidak menimbulkan jelaga.

Limbah tapioka
Penghematan energi listrik maupun fosil dengan memanfaatkan limbah secara besar-besaran dilakukan Budi Acid Jaya Tbk di Way Abung, Lampung. Produsen tepung tapioka terbesar di Indonesia itu melakukan penghematan biaya produksi sebesar Rp18,2-miliar/tahun. Pabrik yang memproses 800 ton singkong/hari itu mengolah 2.800 m3 limbah/hari untuk menghasilkan energi listrik sebesar 2,2 megawatt.
Sebelumnya, limbah hasil proses produksi tepung tapioka itu hanya diolah dengan mengendapkannya di kolam-kolam agar kandungan chemical oxygen demand COD berkurang. “Butuh banyak kolam yang besar-besar untuk menampung limbah itu,” kata Ir Sudarmo Tasmin, wakil presiden PT Budi Acid Jaya Tbk. Oleh sebab itu, pengolahan limbah menyita lahan lebih luas dibandingkan pabriknya sendiri. Selain itu kolam-kolam itu mengeluarkan gas metan cukup tinggi lantaran tidak tertutup.
Seiring peningkatan harga solar dan tarif dasar listrik, Budi Acid Jaya melakukan inovasi berupa pendirian instalasi biogas berbahan limbah tapioka. “Itu juga sejalan dengan komitmen perusahaan terhadap Protokol Kyoto untuk mereduksi limbah methan,” kata Sudarmo. Awal 2007 silam, instalasi pengolahan limbah mulai beroperasi dengan investasi pendirian mencapai US$1-juta.
Ternyata, pengolahan limbah itu tak cuma menghasilkan listrik untuk menjalani seluruh produksi. Budi Acid Jaya juga memperoleh tambahan pendapatan melalui penjualan CER certified emission reduction ke salah satu perusahaan di Jepang. CER merupakan sertifikat yang dikeluarkan oleh PBB untuk perusahaan yang berhasil menurunkan jumlah emisi dan limbah. Sertifikat itu kemudian diperjualbelikan ke perusahaan-perusahaan yang memiliki kewajiban menurunkan emisi limbahnya sesuai perjanjian Kyoto. Jumlah emisi yang berhasil diturunkan Budi Acid Jaya mencapai 230.000 CERs. Sebanyak 140.000 CERs terjual dengan harga US$1,7-juta. Itu sebagai pemasukan tambahan karena mengolah limbah.

Limbah ikan
Bahan bioenergi berbasis limbah lain yang potensial dikembangkan adalah limbah ikan. Ir Kristio Budiasmoro MSi, peneliti Universitas Sanata Darma (USD), Yogyakarta, membuktikan limbah ikan potensial sebagai bahan bakar. Yang dimaksud limbah ikan adalah ikan busuk, jeroan atau organ dalam ikan, dan tulang ikan. Volume limbah pengalengan ikan di Muncar, Bayuwangi, Jawa Timur, itu mencapai 50―60 ton per bulan. Perusahaan farmasi dan makanan memang menyuling limbah itu menjadi senyawa aktif omega 3. “Namun, jumlahnya masih tetap melimpah,” kata Kristio.
Menurut kepala Pusat Studi Lingkungan Universitas Sanata Darma itu limbah ikan kaya minyak. Ia memotong-motong limbah itu dan memanaskan hingga terbentuk minyak. Alumnus Universitas Gadjah Mada itu memanaskan kembali minyak ikan itu pada suhu 60oC. Lantas, ia menambahkan pelarut semipolar dan campuran asam kuat asam sulfat dan air aki hingga diperoleh bilangan asam 3 mg KOH/g minyak. “Rendemen biodiesel mencapai 68% dari limbah ikan,” kata Kristio. Itu artinya untuk 1 liter minyak bakar hanya dibutuhkan 1,6 kg limbah ikan.
Agus Unggul ST dari Fakultas Sains dan Teknologi di USD menguji daya bakar minyak limbah ikan. Hasilnya, nilai panas minyak ikan lebih tinggi dibandingkan minyak bakar fosil, tetapi di bawah minyak tanah. Nilai panas minyak ikan 9.270 kal/g; minyak bakar fosil 8.760 kal/g; dan minyak tanah 11.000 kal/g. Kandungan air minyak limbah ikan lebih tinggi dibanding minyak tanah 10,4% : 2,5%.
Biaya untuk menghasilkan 1 liter minyak limbah ikan Rp2.167―Rp3.500. Kristio memang baru membuatnya dalam skala laboratorium. Namun, dengan cara yang sama, Saint Peter's, pabrik pengolah ikan di Amerika Serikat mampu memanfaatkan limbahnya untuk menggerakkan 10 truk dan 8 bus angkutan bagi 1.500 karyawannya setiap hari. Pabrik itu menghasilkan 1.135.000 liter biodiesel per tahun dari kepala, kulit, dan organ 25-juta kg ikan.


Briket sampah
Energi yang paling mudah diciptakan adalah briket sampah. Bahan bakunya hanya sampah organik seperti kayu-kayu sisa, daun-daun kering, makanan sisa, dan kertas. Cara pembuatannya mirip seperti pembuatan arang. Bahan-bahan itu dibakar sampai berbentuk arang berwarna hitam pekat. Saat bara api merata ke seluruh bagian bahan, segera disiram air. Hasil berupa arang itu ditumbuk menggunakan alat penumbuk atau martil. Kemudian tambahkan daun-daun tanaman segar yang lunak dan tinggi kandungan air.
Daun-daunan itu dapat diambil dari sisa-sisa sampah pasar atau sayuran seperti bayam, kangkung, atau sawi yang sudah terbuang. Persentase komposisi bahan pembuatan briket organik adalah 80% arang sampah organik kering dan 20% campuran daun segar. Jadi, bila dicampurkan 800 g sampah organik butuh 200 g daun segar. Setelah tercampur rata, adonan dicetak dengan ukuran dan bentuk sebagai briket. Briket itu dijemur di bawah sinar matahari sampai kering. Tanda-tanda briket sudah kering dengan cara meletakkan dan mengangkatnya di telapak tangan. Briket kering terasa ringan dan jelaga di permukaan tidak terlalu mengotori permukaan telapak tangan.
Langkah-langkah itu dilakukan oleh warga Kampung Panoram, Purwakarta, Jawa Barat, guna membuat bahan bakar kompor untuk memasak. Dengan begitu, mereka tak perlu waswas menunggu kedatangan mobil pengangkut minyak tanah dan berdiri dalam antrean yang mengular panjang.

Sampah Pengganti Minyak Tanah



Sampah organik yang mencemari lingkungan ternyata dapat diolah menjadi briket sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Cara mengolahnya mudah, penggunaannya lebih hemat.

Purwanti tak pernah tampak pada barisan para ibu yang mengantre minyak tanah. Sepuluh bulan terakhir warga Sidomulyo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, itu memang meninggalkan minyak tanah. Ia memanfaatkan briket sampah sebagai bahan bakar. Briket berwarna hitam sepanjang 6 cm itu ia masukkan ke dalam kompor. Begitu Suwarni menyalakannya, lidah api biru membakar wajan atau ketel.
Sekilo briket terdiri atas 30 buah cukup untuk memasak selama 2 jam. Jika durasi memasak kurang dari sejam—misalnya 30 menit—ia tinggal mematikan nyala api dengan cara menutup permukaan atas briket. Biobriket itu dapat dinyalakan ulang ketika Purwanti hendak memasak lagi. Perempuan kelahiran 1976 itu membeli sekilo briket Rp2.500. “Saat ini susah sekali mendapat minyak tanah. Saya mencari hingga 50 kilometer dari sini, tapi tak ada. Kalau pun ada harganya mahal,” katanya.
Bandingkan dengan seliter minyak tanah yang juga digunakan selama 2 jam memasak. Saat ini harga minyak tanah Rp5.000 per liter. Artinya, Suwarni menghemat Rp2.500 per 2 jam memasak. Briket yang digunakan Purwanti itu oleh Basriyanta, sang produsen, disebut biobriket. Ada pula yang menyebutnya briket bioarang, briket biomassa, dan briket sampah. Basriyanta memproduksi biobriket sejak 2007. Menurut Basriyanta penggunaan kayu bakar sebagai sumber energi untuk keperluan sehari-hari bakal mengeksploitasi dan merusak hutan.

Mandiri
Untuk mencegah rusaknya lingkungan akibat pemakaian kayu bakar, Basriyanta menawarkan biobriket. “Biobriket teknologi alternatif atau tepatguna pengganti kayu bakar yang lebih murah dan efektif,” kata alumnus Magister Sistem Teknik Universitas Gadjah Mada itu. Selain itu peningkatan konsumsi minyak bumi mengakibatkan menipisnya cadangan sumber energi yang tak terbarukan. Pemanfaatan biobriket sekaligus menahan laju konsumsi energi fosil.
Dalam jangka panjang, penggunaan biobriket yang ramah lingkungan menjadi pengganti bahan bakar minyak bumi. Menurut Basriyanta biomassa limbah industri, hutan, perkebunan, pertanian, dan sampah—semua bahan baku biobriket—merupakan sumber energi alternatif terbesar. Potensi energi biomassa mencapai 885-juta gigajoule per tahun. “Sampah organik salah satu sumber biomassa potensial dalam bentuk padat atau biobriket, gas (biogas), dan bentuk cair (bioliquid) sebagai bahan bakar organik ramah lingkungan,” ujarnya.

Kalori Bahan Bakar

No
Bahan Bakar
Nilai Kalori (kal/g)
1
Minyak bumi mentah
10.081,22
2
Bahan bakar minyak
10.224,56
3
Gas alam
9.755, 89
4
Biobriket
7.047,30
5
Batubara
6.999,52
6
Batubara muda
1.877,24
7
Kayu kering
4.491,16






Sayang selama ini sampah cuma dibuang atau dibakar sehingga mencemari lingkungan. Padahal, jika diolah menjadi biobriket sampah-sampah itu bermanfaat sebagai bahan bakar rumah tangga pengganti minyak tanah. “Kita bisa mandiri tidak tergantung pada minyak tanah. Kelangkaan dan kemahalan minyak tanah tidak jadi masalah,” kata Basriyanta. Selain itu harga beli biobriket relatif murah sehingga terjangkau kalangan bawah.
Menurut Nisandi, alumnus Magister Sistem Teknik Universitas Gadjah Mada, murahnya biobriket karena untuk memperoleh bahan tanpa eksplorasi ke perut bumi. Bahan baku biobriket diperoleh di halaman rumah. Beragam jenis sampah organik kering seperti dedaunan, tongkol jagung, kulit kacang, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku. “Selain masalah energi, masalah sampah juga tertanggulangi dengan adanya briket sampah,” kata Nisandi.

Pati singkong
Untuk membuat biobriket relatif sederhana. Basriyanta memasukkan bahan baku berupa sampah organik kering ke dalam drum. Menurut Ketua Lembaga Sentra Inovasi Energi itu, sampah terbaik adalah bonggol jagung. Setelah biji-biji jagung dipipil, tersisa tongkol. Daun pohon berkayu keras juga lebih baik ketimbang daun berkayu lunak. Bahan baku biobriket itu lalu dimasukkan ke dalam drum hingga sepertiga drum. Ia lantas membakarnya dengan udara terbatas dalam drum.
Dalam proses pembakaran itu terjadi proses pirolisis atau karbonisasi. Pirolisis yaitu proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen sehingga material mentah mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas sehingga menimbulkan karbon sebagai residu. Pembatasan udara supaya sampah tidak mengalami pembakaran sempurna yang menghasilkan karbondioksida. Hasilnya berupa arang sebagai bahan briket.

Bila dibakar dengan udara tak terbatas, sampah hanya menghasilkan abu. Untuk pembakaran sampah, Basriyanta tidak menggunakan input energi lain seperti minyak tanah sehingga biaya produksi rendah. Caranya dengan sistem pembakaran sendiri. Maksudnya, ia menyulut sebagian sampah kering dengan api. Setelah itu api menjalar dan membakar sampah lainnya hingga menjadi arang. Langkah berikutnya, ia menghancurkan arang dengana cara menumbuk dan mengayaknya.
Karbon hasil ayakan itu ia campur dengan perekat agar padat. “Pemadatan dilakukan agar bahan bakar mempunyai nilai kalori yang tinggi, sampai 5.000 kal/g,” ujar Nisandi. Basriyanta memanfaatkan tepung kanji alias tapioka sebagai bahan perekat. Bahan lain sebagai perekat adalah blotong atau limbah produksi gula. Sekilo tapioka diencerkan dalam 10 kg air hangat dan diaduk merata hingga menjadi lem.
Campuran antara arang karbon dan lem itu dimasukkan ke pencetak berupa pipa PVC sepanjang 10 cm dan berdiameter 1 inci. Ia kemudian mengepres campuran itu hingga padat sepanjang 6 cm. Hasil cetakan lantas dijemur hingga kering selama 2 hari. Basriyanta juga mengoven biobriket basah itu selama 2 jam. Sumber panas dalam oven itu adalah panas pembakaran sampah. Proses pembuatan biobriket sejak pembakaran daun-daun hingga pemadatan mencapai 2 jam; jika menggunakan tongkol jagung, 4 jam.
Spesifikasi Biobriket

Sifat
Biobriket Produksi

Amerika Serikat
Indonesia
Inggris
Jepang
Kadar air (%)
6
7,57
3—4
6—8
Kadar abu (%)
18
16,14
8—10
3—6
Kadar karbon terikat (%)
62
78,35
75,3
60—80
Kerapatan (g/cm3)
1
0,4407
0,48
1—1,2
Nilai kalori (kal/g)
6.230
5.000
7.289
6.000—7.000
Zat terbang (%)
19
5,51
16
15—20

Sumber: Badan Penelitian & Pengembangan Hutan


Bikin Biobriket
1.Masukkan sampah organik kering ke dalam drum kira-kira sepertiga bagian.
2.Bakar sampah kering. Jika sudah menyala, tambahkan sampah kering hingga tersisa ruang minimal 20% di atas sampah. Kemudian tutup drum.
3.Sampah berubah menjadi karbon. Hancurkan karbon itu dengan antan hingga halus.
4.Ayak hasil tumbukan arang karbon.
5.Siapkan perekat berupa tepung tapioka yang dilarutkan dalam air hangat dengan perbandingan 1: 10. Aduk rata bahan perekat itu.
6.Campurkan arang karbon yang sudah teranyak dan perekat, aduk rata.
7.Masukkan campuran itu ke dalam pipa polivinilchlorida (PVC) sepanjang 10 cm dan berdiameter 1 inci.
8.Tekan campuran itu agar memadat dan panjang biobriket hanya 6 cm. Untuk menghasilkan 1 kg biobriket memerlukan 4 kg sampah kering.
9.Jemur biobriket di bawah terik matahari.
10.Biobriket siap digunakan.

Isroi SSi MSi dan Dr Siswanto DEA, peneliti Lembaga Riset Perkebunan Indonesia juga memproduksi biobriket berbahan tandan kosong kelapa sawit. Setiap pengolahan 1 ton tandan buah segar menyisakan 22—23% atau sebanyak 220—230 kg tandan kosong. Bila sebuah pabrik berkapasitas 100 ton per jam dengan waktu operasi selama jam, maka akan dihasilkan sebanyak 2.200 kg tandan kosong.


Jumlah limbah tandan kosong di seluruh Indonesia pada 2004 mencapai 18,2-juta ton. Ini potensi energi yang besar dan bisa dibuat salah satunya menjadi briket arang. Selain tandan kosong, tempurung buah kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai briket. Teknologi pembuatan briket tandan dan tempurung kelapa sawit sama saja dengan cara di atas. Permukaan briket limbah kelapa sawit halus dan tidak menimbulkan jelaga.
Pengolahan sampah organik menjadi biobriket relatif mudah, cepat, dan murah. Penggunaannya pun praktis. Dengan segala kelebihan itu mestinya sampah-sampah yang selama ini menjadi masalah di kota-kota besar segera tertanggulangi. Jakarta, misalnya, menghasilkan 20.000 ton sampah sehari. Jika separuhnya adalah sampah organik, Jakarta dapat memproduksi 2.500 ton biobriket per hari.

Green Life Learning, LEARN From Nature: Karena Mereka Berbeda Rasa

Green Life Learning, LEARN From Nature: Karena Mereka Berbeda Rasa

Biarkan mereka berbenah

“Kini, jumlah bahan organik di tanah seluruh Indonesia rata-rata hanya tinggal 2% saja,”kata Dr Ir Achmad Rachman, kepala Balai Penelitian Tanah, Bogor. Jumlah itu sepertiga dibanding 20 tahun lalu, yang nilainya 6,8%. Dampaknya, tanah tak mampu berproduktivitas maksimal. Pun, jika dipaksa harus mengaplikasikan pupuk dalam jumlah yang berkali-kali lipat. Namun, pemberian kimia terus-menerus, tanah bakal mati. Artinya, tanah rusak dan tak bisa ditanami lagi.

“Sebenarnya tanah yang produktivitasnya rendah itu disebabkan tanah sakit,” kata Suwardi, periset Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB. Tanah tak lagi memiliki kekuatan lantaran tidak pernah diberi makanan berupa hara untuk memperkokoh strukturnya. Tanah bakal semakin sakit dan berubah fisiknya menjadi pasir yang tak bisa lagi ditanami. ”Salah satu parameter sehat atau sakitnya tanah adalah kandungan bahan organik,” kata Suwardi. Tanah berbahan organik tinggi memperlihatkan struktur tanah yang gembur, mudah menyerap air, dan kapasitas tukar kation tinggi.
Kapasitas tukar kation menjadi ciri utama tingkat kesuburan tanah. Jika nilainya tinggi, kemampuan tanah untuk menyerap dan melarutkan unsur hara dalam tanah semakin tinggi. Misalnya, tanah dipupuk urea. Urea di dalam tanah bakal membentuk ion amonium (NH4+). Jika ion ini tidak diikat oleh tanah maka terbuang percuma lewat air irigasi.

Dibenahi
Menurut Suwardi, agar tanah tetap sehat pembenahan mesti dilakukan setelah panen. “Tanah setelah ditanami, unsur haranya berkurang makanya jika tidak dibenahi kemampuannya untuk berproduksi menjadi rendah,” kata alumnus doktor Tokyo Agricultural University, Jepang itu. Pembenah tanah itu sifatnya tak hanya memperbaiki secara fisik sja, tapi juga kimia dan biologis tanah. Seperti meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air irigasi lahan persawahan, menjaga keseimbangan pH tanah, mengikat logam berat yang bersifat racun bagi tanaman seperti Pb dan Cd. Mengikat kation dari unsur dalam pupuk misalnya NH4+ dari urea K+ dari KC1, sehingga penyerapan pupuk menjadi efisien, dan meningkatkan KPK tanah. Kesemuanya berujung pada peningkatan hasil tanaman.
Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian tahun 2006, nilai kapasitas tukar kation harus lebih besar dari 80 C mol +/kg dengan pH 4 sedangkan kadar logamnya harus rendah antara lain As 10 ppm, Hg 1 ppm, Pb 50 ppm, dan Cd 10 ppm. Yang paling penting, bahan pembenah tersedia di dekat lahan, harganya murah, dan dampak negatifnya rendah Ada dua jenis yaitu yang sifatnya sitesis dan alami. ”Lebih baik menggunakan yang alami saja, cukup efektif, dampaknya rendah, dan tersedia banyak di alam,” kata Suwardi.

Mudah
Zeolit, salahsatu pembenah tanah alami yang sering digunakan lantaran mudah aplikasi, murah, dan ringkas. Batuan ini berwama abu-abu sampai kebiru-biruan itu memiliki karakter melepas air yang dikandungnya setelah dipanaskan sehingga nampak seperti batu yang mendidih. Dengan pemanasan sampai 500o C maka zeolit akan mengalami aktifasi, berupa kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi. Nilai KPK dari zeolit ini adalah 120 me/100 gr. “Ada banyak penghasil zeolit di Indonesia, seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur, nilai KTKnya bervariasi dari 20—200 C mol +/kg.
Selain itu, zeolit juga mengandung lebih dari 30 mineral alami, antara lain natrolit, thomsonit, analit, hendalit, clinoptilotit, dan mordernit. Berkat mineral zeolit yang lengkap, hara tanaman tercukupi, makanya tanaman berproduktivitas lebih tinggi,” kata Achmad. Di Aceh misalnya, pemakaian zeolit 10 ton/ha menghasilkan 4,56 ton/ha, dengan 5 ton zeolit menghasilkan 4,26 ton/ha, bandingkan dengan yang tidak menggunakan zeolit sama sekali. Hasilnya, hanya 3,45 ton/ha.
Namun, jangan mengaplikasikannya di tanah yang masam. Sebab, zeolit bakal melepaskan asam-asam organik penurun pH tanah. Akibatnya, tanah terlalu masam dan kesuburan tanah turun. Sifat itu sama dengan aplikasi kapur pertanian dolomit yang kaya kalsium dan abu terbang batubara yang kaya mineral boron dan fosfor. “Untuk tanah yang masam, sebaiknya menggunakan gipsum,” kata Achmad. Aplikasi gipsum, takkan meningkatkan pH tapi mampu meningkatkan kadar kalsium pada tanah miskin hara dan meningkatkan agregasi struktur. Di daerah bekas tsunami, kadar NaCl tanah tinggi. Akibatnya nilai daya hantar listriknya mencapai angka 30, tanaman tak mungkin bisa tumbuh. Aplikasi 2—5 ton/ha gipsum menyelamatkan tanaman dari keracunan garam laut selama 1—3 musim dan menurunkan nilai daya hantar listrik menjadi 2.

Murah
Untuk memperbaiki struktur tanah yang terlanjur berpasir, perlu pembenah tanah agar agregatnya lebih tinggi. Sehingga erosi dan longsor dapat dihindari. Pembenah tanah bitumen menjadi andalan. Bitumen campuran hidrokarbon berbentuk cairan pekat, bahan organik biasanya diproses jadi aspal. Jadi fungsinya juga mirip aspal, yaitu pengikat, memperkuat tanah, dan memperbaiki lapisan jalan. Kemampuan itu disebabkan bitumen kaya karbon, hidrogen, sulfur, nitrogen dan oksigen. Namun, harganya mahal dan ketersediaannya di pasaran sedikit.
“Yang paling mudah dan banyak tersedia adalah kompos,” kata Suwardi. Kompos berasal dari fermentasi bahan organik yang biasanya limbah pertanian. Melalui proses pengomposan dihasilkan kandungan bahan organik tinggi memperbaiki sifat fisik tanah dan pada jangka waktu lama mengembalikan kesuburan dan produktivitas lahan. Hasil pengomposan lain, asam humat dan asam fulfat yang memacu pertumbuhan tanaman. Makanya, aplikasi kompos menurunkan kebutuhan pupuk kimia. Seperti hasil penelitian Achmad di Aceh. Sebagai contoh di Aceh, tanpa bahan organik, kebutuhan pupuk kimia mencapai urea 250 kg, SP-36 50 kg, KCL 50 kg, tetapi jika jerami 5 ton/ha diaplikasikan menjadi kompos urea hanya 230, SP36 50kg dan KCL tidak dibutuhkan lagi. Sedangkan jika 2 ton pupuk kandang urea 175, KCL 30 kg, Sedangkan pupuk fosfat tidak diperlukan lagi.
“Untuk mempermudah penyerapan kompos oleh tanaman, butuh bantuan mikroba ,” kata Isroi, SSi,MSi, peneliti Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Beda mikroba, beda juga tugas dan manfaatnya. Misalnya, Trichoderma pseudokongii bersifat melindungi tanaman dari serangan penyakit, Aspergillus mengendalikan penyakit tanaman, Rhizobium penambat N udara, Bacillus sp dan Pseudomonas sp pelarut fosfat, dan Metarrhizium aniopliae mengendalikan larva Orycytes rhinoceros pada kelapa sawit. Selain itu, “Dengan menggunakan pupuk limbah jerami dan sayuran dicampur mikroba, tanaman caisim tumbuh lebih cepat, hasilnya lebih banyak, dan daunnya tebal sehingga tidak robek kalo kena hujan,” kata Sulaiman, petani sayuran di Desa Geronggong, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Mikroorganisme selain diaplikasikan berbarengan dengan kompos organik, juga bisa diaplikasikan dengan pembenah tanah seperti blotong. Itu dilakukan oleh Prof Wahono Hadi Susanto, dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Sejak 1996, Wahono mencampur blotong alias limbah tebu dengan Thiobacillus Sp. Hasilnya, produktifitas tebu meningkat dari 0,8 ton/ha menjadi 2 ton/ha. Menurut direktur PT Wahana Cipta Karya itu, blotong campur mikroba itu meningkatkan produksi karena mikroba Thiobacillus Sp mengurai mineral sulfur asal limbah tebu dan mempermudah penyerapannya ke dalam tanaman tebu. Jadi berkat Thibacillus, ya tebu makan tebu.

Karena Mereka Berbeda Rasa



Buah berukuran bola kasti itu jatuh dari ketinggian 10 m. Buah berkulit kuning itu pun terpecah. Dua babi Sus barbatus di bawah pohon langsat berlari menghampiri buah yang terpecah. Sekali santap tampirik Willugbea Sp itu berpindah ke perut binatang bermoncong panjang itu. Trubus yang bertugas menangkap tampirik pun tak sempat menyelamatkan buah. Rasa manis karaweh―nama lain gitaan―membuat anggota Apocynaceae itu menjadi makanan favorit babi.

Babi yang berebut menunggu gitaan jatuh memang pemandangan sehari-hari di Desa Hayaping, Kecamatan Hayaping, Barito Timur, Kalimantan Tengah. “Babi suka rasa gitaan yang manis,” kata Retamawati, warga setempat.
Rasa buah gitaan memang istimewa. Dr Ir Muhammad Reza Tirtawinata, pakar buah di Bogor, Jawa Barat, menyebut tampirik sebagai buah surga. “Rasanya manis, asam, dan menyegarkan. Seperti nano-nano, rasa manggis, sirsak, dan susu bercampur menjadi satu,” katanya. Menurut Yos Sutiyoso, pakar fisiologi tumbuhan di Jakarta, manis pada buah karena kandungan gula yang terkandung di dalamnya. Gula itu merupakan hasil akhir dari fotosintesis.

Kadar air
Saat fotosintesis semua bagian tanaman―terutama daun―berklorofil menggunakan karbondioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen. Hasilnya digunakan sebagai energi untuk pertumbuhan dari akar hingga daun. Bila konsentrasi gula berlebih, bunga terpacu muncul. Energi lalu digunakan untuk berkembang menjadi buah . Buah yang manis terbentuk berkat energi itu.
Akumulasi gula dalam buah tak berlangsung instan. Pada buah muda sebagian besar hasil produksi tanaman―pada biji dan buah--dalam bentuk protein, asam amino, dan amida. Karena itu rasa buah muda masam. Mangga arumanis yang paling manis pun terasa masam saat muda. Konsentrasi asam itu kemudian berkurang karena digunakan untuk sintesis protein selama proses pematangan buah.
Itulah sebabnya rasa buah-buahan berubah dari masam ke manis seiring pertambahan umur buah. Rasa manis juga dipengaruhi oleh kadar air buah. Buah berkadar air rendah cenderung manis, misal seperti pada jambu air dan durian. Panen durian pada musim hujan, buah cenderung lebih hambar. Sebab, air tanah berlebihan meningkatkan kadar air dalam daging buah.
Pada buah berdaging kering, konsentrasi gula jauh lebih pekat. Karena kandungan manis disebabkan oleh gula―berupa glukosa dan fruktosa―maka buah berasa jarang yang beracun. Menurut Gregorius Garnadi Hambali, pakar botani di Bogor, Jawa Barat, buah manis tetapi beracun biasanya agak langu. Itu karena zat beracun di luar gula yang terkandung di dalamnya. Misalnya dalam bentuk alkaloida.

Asam
Perburuan buah endemik di Kalimantan juga menemukan asam grandis. Kerabat manggis itu Trubus temukan di Kecamatan Awang, Barito Timur. Di sekitarnya, terdapat berbagai buah-buahan seperti tanikangsiung, mundar dan durian gantar bumi berusia ratusan tahun. Sesuai namanya asam grandis berasa masam. Menurut Siswanto, warga asli Barito Timur, Kalimantan Tengah, asam grandis digunakan sebagai penawar racun saat mengkonsumsi buah pahit beracun.
“Jika di hutan mengkonsumsi buah-buahan yang tak dikenal dan menimbulkan efek pusing dan mual segera makan buah yang masam. Makin masam makin baik,” kata Siswanto. Menurut Gregorius Hambali, buah yang masam bersifat denaturasi. Artinya menetralisir kelebihan senyawa organik yang beracun di dalam tubuh. Ketika keracunan dan membuat darah basa atau ber pH tinggi. senyawa dalam buah asam bakal menetralisirnya menjadi normal.
Buah masam biasanya kaya asam-asam organik seperti asam malat, asam sitrat, dan isositrat. Pada buah jeruk yang paling banyak adalah asam askorbat alias vitamin C. Jadi saat pertumbuhan buah menjadi matang, buah yang secara genetik berasa masam, perubahan karbohidrat yang disintesis selama fotosintesis hanya sedikit yang berubah menjadi gula.
Yang paling banyak karbohidrat berubah menjadi komponen lain penyebab asam. Pada belimbing wuluh, antara lain, saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam format dan peroksida. Senyawa-senyawa itulah yang membantu menetralisir racun dalam tubuh.

Pahit
Eksplorasi selama 7 hari, Trubus juga menemukan menemukan buah pahit. Karena aktifitas biologi dari alkaoid itu manusia banyak menggunakan buah pahit sebagai obat. Misal, pada mahkota dewa atau sambiloto. Fungsi alkaloid dalam tumbuhan belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.
Menurut Greg Hambali, bfungsi pahit sebagai racun atau obat. Buah pahit karena mengandung zat-zat alamiah berukuran molekul besar dan bersifat basa bernama alkaloid. Senyawa alkaloid ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup.
Sedangkan yang meracuni tubuh biasanya memiliki senyawa-senyawa aktif seperti terpenoid dengan konsentrasi tinggi. Padahal, terpenoid juga bersifat antikanker. “Dalam batas-batas tertentu, buah yang pahit memang menjadi obat, tetapi jika dosisnya terlalu besar justru meracuni tubuh,” kata Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, ahli farmakologi Universitas Indonesia. Mirip api jika kecil jadi teman, tapi dengan jumlan besar justru menjadi lawan. Oleh sebab itu untuk mengkonsumsi obat-obatan yang belum dikenal efektivitasnya mesti diuji di laboratorium terlebih dulu. Jadi, konsentrasi yang meracuni tubuh bisa terdeteksi.

Anti mabuk
Beragamnya buah manis, pahit, dan asam itu anugerah buat umat manusia. Contohnya manggis yang manis berpadu asam banyak ditemukan tumbuh berdekatan dengan durian. Di kalangan maniak durian, manggis menjadi penawar mabuk durian berkadar alkohol tinggi. “Jika mabuk durian, segera ambil buah manggis,” kata H Arif pekebun durian di Baros, Serang, Provinsi Banten. Begitu buah Garcinia mangostana dilahap, berakhir sudah mabuk durian. durian dan manggis.
Manggis dan durian yang berdekatan di alam mirip dengan mundar Garcinia forbesii yang tumbuh tak jauh dari pohon durian gantar bumi di hutan Awang, Barito Timur. Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor Prof Dr Ali Khomsan, tak ada kandungan gizi yang istimewa pada manggis. “Ada unsur nongizi yang belum diketahui. Unsur itulah yang mampu menetralisir durian,”ujar Ali Khomsan. Sebagai gambaran, teh mengandung protein dan karbohidrat. Selain itu Camillia sinensis itu juga kaya katekin sebagai antioksidan. Katekin itu disebut kandungan nongizi.
Menurut Prof Dr Roedhy Poerwanto, ahli fisiologi Insititut Pertanian Bogor, tak ada hubungannya antara mabuk durian dan manggis. Pohon manggis berdekatan dengan durian disebabkan kesengajaan. ”Orang bakal mudah memanen durian dengan memanjat pohon manggis,” kata Roedhy. Selain itu, pohon manggis butuh naungan untuk hidup. Tajuk durian rata-rata berketinggian 15 meter dan lebar 8 meter cukup untuk membuat teduh pohon manggis.
Durian-manggis seperti ditakdirkan untuk saling berdekatan. Buktinya, durian ditahbiskan menjadi king of fruits alias raja buah oleh ahli zoogeografi Alfred Russel Wallace pada 1862. Sementara manggis dinobatkan menjadi ratu buah. Mereka naik takhta hingga kini, menjadi raja dan ratu abadi. Tanpa ada yang menggantikan.

Minggu, 24 Agustus 2008

Pasar Swalayan di Rimba Kalimantan

Nama mereka tak lazim dan asing di telinga. Namun, fungsi mereka beragam: penangkal rontok rambut, pembersih kuku, dan pengganti shampoo. Bahkan ada yang tokcer sebagai racun ikan. Itulah kekayaan buah hutan.Hutan seluas 1 ha itu terlihat mencolok. Pohon setinggi 20―30 m yang bertajuk rapat saling menutupi. Pinggiran hutan rapat dipagari semak belukar dan pohon merambat menambah keremangan cahaya di lantai hutan. Kontras dengan hutan di sekeliling yang terbuka dan terang benderang. Itulah kawasan pekuburan Raja Dayak Kaharingan, leluhur Suku Dayak asli Barito Timur, Kalimantan Tengah. Sebuah sungai berair hitam melingkari hutan perawan itu.
Sebuah teriakan terdengar dari bibir Amik Hewu, pemandu tim eksplorasi Trubus di Kalimantan Tengah. “Jangan dulu masuk hutan. Basuh muka dan tangan dengan air hitam itu,” katanya. Rimba hutan Karanglangit itu memang tempat suci dan sarat aura mistis. Mencuci muka dan tangan menjadi ritual awal agar penguasa hutan tak murka.Setelah tangan dan wajah terasa segar oleh basuhan air sungai, jalan setapak ditelusuri menuju rumah si penjaga kawasan alias juru kunci. Dengan bahasa Dayak Kaharingan, Amik Hewu menceritakan tujuan masuk ke dalam kawasan pekuburan."Kami mencari durian leko yang berumur 232 tahun," kata Amik kepada sang kuncen. Izin diperoleh, tetapi masuk tanpa ditemani sang kuncen.
Begitu kaki memasuki kawasan pekuburan, suasana berubah total. Gelap total bagaikan pukul 09.00 malam. Padahal, jarum jam baru menunjukkan angka 10 di pagi hari. Tajuk mereka yang luar biasa rimbun membuat sinar matahari pagi tak berdaya menerobos masuk. Suasana gelap pekat itu masih ditambah lagi keangkerannya dengan pemandangan khas hutan hujan tropis alami, yakni rapatnya batang-batang pohon berdiameter 2―3 m.
Suasana sunyi sepi. Rambut di leher serasa berdiri ketika kompleks pekuburan mulai terjamah mata. Satu langkah demi langkah mesti diperhatikan. Sebab, pembatas makam yang berumur ratusan tahun itu kian tertutupi lumut dan serasah daun. Berkat tebasan golok ke pohon yang menutupi jalan, pohon durian leko berumur 232 tahun diperoleh. Sayang, tak ada buahnya. Keinginan mencicipi durian purba pun ditampikkan.
Namun, kekecewaan hilang begitu saja. Dari kejauhan, mata reporter Trubus Destika Cahyana mendapati benda yang terang di tengah kegelapan. Sepintas mirip tumpukan sesajen di atas gundukan tanah pekuburan. Namun, setelah didekati, bentuknya bulat seukuran bola kasti. Mirip buah bengkuang yang tergeletak di tanah. Sayang, Amik tak mengenali buah itu. Yang pasti buah itu tumbuh bergelombol dengan batang sekunder mulai batang atas hingga akar.
Sepulangnya, sang juru kunci yang ditanyai juga tak tahu nama buah. Ia hanya tahu buah itu idak dikonsumsi. Manfaat buah itu terungkap ketika anak sang kuncen tiba. Sang anak langsung mengambil buah dalam untaian dan mengupasnya. Setelah itu ia menggosok-gosokkan buah berwarna putih ke kuku tangannya.” Ini untuk membersihkan kuku,” katanya. Memang, setelah 10 menit menggosokkan buah bernama dimpahong itu, kuku lebih bersinar dan mengkilat.
Nun di Kalimantan Timur, penduduk Dayak Kenyah tak punya buah untuk membersihkan kuku agar terlihat lebih mengkilap. Namun, untuk masalah rambut, masyarakat sana tak membutuhkan sampo khusus. Cukup gunakan pengo untuk masalah ketombe. Buah berwarna merah pekat itu direbus, buah hasil rebusan digosok-gosokkan ke kepala. Rasanya memang agak perih jika kepala berketombe. Sebab, cairan pengo sangat asam. Menurut Abutiyus di Kampung Temula, Kecamatan Nyuatan, Kutai Barat Kalimantan Timur, cukup 2―3 kali olesan, ketombe langsung hilang.
Penghilang ketombe lainnya, lemenuq. Buah itu ditemukan ketika wartawan Trubus Imam Wiguna dan Sardi Duryatmo baru saja menelusuri jalan di daerah Nyuatan, Kalimantan Timur. Abutiyus menunjukkan buah lemenuq yang berada di ketinggian 30 meter. Sangat sulit Sardi menangkap buah berwarna kuning itu walau dengan bantuan kamera tele. Namun, Abutiyus kerap memanfaatkan lemenuq yang jatuh. Buah itu dibelah dan langsung dioles ke rambut. Lebih mudah dibandingkan pengo yang mesti direbus terlebih dahulu.
Warga Dayak Kenyah di Nyuatan juga mengandalkan munte jabuq sebagai penghilang bakteri di kepala. Walaupun buah munte jabuq mirip jeruk besar, tetapi tak ada orang yang mengkonsumsinya lantaran asam. Buah berwarna kuning dan kaya serat itu dibakar. Setelah 5 menit, munte jabuq dibelah dan diusapkan ke kepala. Setelah 3―4 kali pengusapan, ketombe bakal hilang.
Menurut Gregorius Garnadi Hambali, pakar botani di Bogor, fungsi menghilangkan ketombe lantaran buah-buahan endemik Kalimantan itu berasa sangat asam. Sifat-sifat asam bisa mengurangi aktivitas bakteri, terutama yang patogenik. Buah asam juga bersifat denaturasi, artinya sifat kimianya berubah, misalnya yang tadinya beracun jadi berkurang racunnya. Karena racun biasanya aktif pada pH netral. Kalau pHnya turun, racunnya bisa berkurang.
Selain antiketombe juga ditemukan antiborok alias penyakit kulit. Di Kalimantan Timur saat perjalanan menuju hutan Sentalar, Eko Suryanto Kerwili memperkenalkan tumbuhan obat klokop. Daunnya persis bunga kupu-kupu Bauhunea purpurea. Daun tumbuhan itu lazim dimanfaatkan untuk mengatasi luka bakar atau luka bekas gigitan serangga dan ular. Caranya dengan menggerus 5 lembar daun dan ditempelkan ke luka.
Sedangkan di Hayaping, Kalimantan Tengah, ditemukan pula nusa indah hutan. Menurut Anton, pengemudi yang mengantarkan perjalanan ke Hayaping, bunga nusa indah hutan berguna untuk mengobati borok. Hal itu berdasarkan pengalaman sepupunya yang menderita borok akibat terjatuh. Bolak-balik perawatan medis tak jua memberi kesembuhan. Obat-obatan dokter justeru berujung pada pembengkakan. Sepupu Anton akhirnya memilih pengobatan secara tradisional yaitu pengobatan Dayak. Oleh pengobat, Anton disuruh mencari bunga nusa indah hutan yang berbunga kuning dan memiliki 2 warna daun; putih dan hijau.
Untuk mengobati luka hanya menggunakan daun berwarna putih dan bunganya. Sebanyak 5 lembar daun digerus dan diberi air. Setelah itu ekstrak ditaburkan ke luka borok. Tak dinyana, luka borok yang telah bersarang selama 3 bulan mengempis dalam 2 hari. Efektivitas penggunaan nusa indah hutan sebagai obat bisul memang masih empiris. Namun, Anton yakin daun dan buah yang digunakan dalam pengobatan tradisional Dayak memang berkhasiat.
Hasil penelusuran Trubus, orang Dayak memang gemar mengandalkan kemurahan alam dalam kehidupan sehari-hari. Tak cuma dalam hal pengobatan, tapi juga dari menanam padi hingga membangun rumah. Semuanya masih alami.
Di kebun cempedak milik Plepius di tepi Sungai Setulang, Kalimantan Timur misalnya. Sardi Duryatmo dan Imam Wiguna mendapati sebuah pohon payang kayu Pangium edule, kerabat keluwak. Buahnya di ketinggian 5 meter. Setidaknya terdapat 5 buah seukuran 2 kepalan tangan berwarna cokelat. Cokelatnya mirip buah kenari.
Oleh suku Dayak Kenyah Malong buah itu acap dimanfaatkan sebagai terasi dengan cara fermentasi. Mula-mula kulit buah itu dikupas, lalu merendam buah selama sepekan untuk menghilangkan permukaan yang licin. Setelah itu buah direbus hingga mendidih selama 1 jam. Langkah berikut adalah memecahkan tempurung buah untuk mengambil daging buah berwarna cokelat.
Daging buah itu kembali direndam 24 jam untuk menghilangkan pahit. Kemudian direbus kembali 5 menit dalam air mendidih. Selama perebusan aduk beberapa saat. Bajin kemudian meletakkan hasil rebusan dalam wadah tertentu yang dilapisi daun kalle semacam daun pisang yang ulet. Lalu memeram 2―9 hari. Hasilperaman lalu dipanggang di anyaman bambu beralas daun kalle. Nah, hasil panggangan itulah yang berfungsi mirip terasi. Sayang, saat itu buah payang belum musim sehingga warga Setulang absen membikin asam payang.
Sedangkan untuk urusan bangunan rumah, Bajin menggunakan panglaran alias kruing. Pohon itu berguna sebagai atap sirap meskipun hanya tahan 3 tahun. Sedangkan dindingnya menggunakan kayu meranti atau ayi dalam bahasa setempat dan ulin. Getah pohon meranti Shorea sp dimanfaatkan sebagai lem atau dempul untuk merekatkan 2 papan dalam pembuatan rumah.
Di Kalimantan Tengah, masyarakat Dayak Maanyan menggunakan kayu jingah alias rengas (Gluta renghas Linn). Padahal, kayu itu terkenal sebagai penyebab gatal. Menurut K Heyne dalam buku Tumbuhan Berguna Indonesia, anggota famili Anarcadiaceae itu getahnya sangat beracun, menyebabkan iritasi berat pada kulit dan dapat melumpuhkan orang. “Bahkan orang yang berdiri di dekatnya sekalipun bakal merasa gatal,” kata Amik.
Namun, kayunya terbilang rapat dan kuat. Itu sebabnya kayu jingah banyak dipakai untuk pembangunan rumah panggung khas orang Dayak. Hanya saja, pelu diberi perlakuan khusus. Menurut Amik, masyarakat Dayak Maanyan yang tinggal dekat pohon jingah biasanya sudah tidak peka terhadap rasa gatal yang ditimbulkan jingah. Jika sudah begitu, mereka mudah menebang pohonnya. Sebelum dijadikan dinding rumah atau alat rumah tangga, kayu dikeringkan dengan cara didiamkan selama 1 minggu. Setelah itu dipernis dengan alkohol berulang-ulang. Dengan begitu, rasa gatal jingah langsung enyah.
Buah yang juga istimewa ialah kemenai. Ia unik karena biasa dipakai sebagai racun ikan. Kemenai Croton trigium yang ditemukan di Temula, Kalimantan timur itu mengandung sianida dan saponin. Sianida menyesakkan napas ikan dan kemudian mematikannya. Sedangkan saponin, alkaloid alami yang berguna sebagai obat bagi tubuh. Itu sebabnya kemenai menjadi obat disentri alias berak darah. Caranya buah ditumbuh dan direbus, setelah itu diminum 3 kali sehari.
Kekayaan alam Kalimantan lain yang dijadikan obat adalah Patma. Dian Adijaya Susanto dan Andretha Helmina, reporter Trubus, menemukannya ketika istirahat di sebuah rumah makan di Balaikarangan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Patma yang berwarna cokelat kehitaman itu lazim digunakan ibu-ibu yang baru saja melahirkan. Gunanya untuk merapatkan kembali vagina. Caranya dengan merebus umbi berukuran bola kasti itu berulang-ulang hingga warna air rebusannya jernih. Biasanya dikonsumsi 2―3 buah hingga masa nifas selesai.
“Itu untuk patma yang kecil, sedangkan yang besar digunakan pria,” kata Sri Lestari, pemilik warung makan. Patma yang besar digunakan kaum adam untuk menjaga kesehatan dan keperkasaan. Cara pengolahannya sama, direbus dan diminum. Dipakai berulang-ulang hingga jernih. Untuk memperoleh patma yang merupakan umbi tumbuhan Rafflesia tidak mudah. Sri Lestari mesti mengambilnya dengan menelusuri pegunungan di perbatasan Malaysia. Di sana patma yang tadinya tak bernilai menjadi komoditas ekonomis, 1 buah dibandrol Rp20.000.
Itulah kekayaan buah hutan Kalimantan. Meski asing dan tak lazim, ia bagaikan pasar swalayan bagi penduduk yang tinggal di sekitar.